Tak dipungkiri, ibadah haji sangat menjadi dambaan sebagian besar umat Islam. Selain bisa menyempurnakan rukun Islam, ibadah haji akan menjadi puncak kesempurnaan hidup seorang Muslim, sebelum ajal menjemput. Hal itulah yang lantas memicu jutaan manusia berusaha mewujudkan mimpinya pergi ke Tanah Suci.
Keinginan berhaji sudah mulai tumbuh ketika sudah membina rumah tangga. Namun tentunya keinginan ini dapat terwujud dengan kesiapan dana dan tentunya kesehatan serta manasiknya. Hal ini juga termotivasi terus dengan keberangkatan teman, shahabat dan keluarga yang sudah berhaji, melihat kisah dan pengalamannya juga sangat penuh kerinduan untuk berhaji.
Adalah kedua orang tuaku yang berangkat haji tahun 2004, wah sangat rindu Baitullah atas cerita dan kisah yang diceritakan selepas sampai di rumah.
Keinginan kami, saya dan istri terus menguat setelah kedua orang tuaku berangkat haji, namun hal ini masih harus terus kami perjuangkan dan realisasikan terutama kesiapan dana tentunya, kami masih terus menabung dan berusaha. Hingga akhirnya pada tahun 2012 kami akhirnya memberanikan diri untuk mendaftarkan porsi haji ke salah satu bank di Karawang. Niat kami sangat tulus dan yakin, padahal dananya juga belum cukup, hanya sebatas mendaftarkan saja.
Waktu itupun kekuasaan Allah untuk memanggil kami telah muncul dengan berbagai kemudahan yang kami alami. Ketika pendaftaran di sebuah bank tersebut kami langsung cepat untuk menandatangani kontrak dengan dana talangan bank tersebut. Dengan kontrak penandatanganan dana talangan tersebut akhirnya terbitlah nomor porsi haji untuk berangkat tahun 2015. Pada saat itupun tidak di sengaja saya dan istri juga bertemu dengan Ustadz Yono dari KBIH Lampu Iman. Keinginan ini semakin kuat dan termotivasi dengan mendaftarkan diri untuk mendapat bimbingan perjalanan haji dari Ustadz Yono.
Terbitnya porsi haji menjadikan kami berdua selalu berdebar diiringi dengan niat yang kuat untuk menabung dengan keras sehingga pada saatnya nanti bisa berangkat tahun 2015.
Alhamdulillah Ustadz Yono selalu memantau porsi keberangkatan haji kami dan selalu mengingatkan untuk menjaga kesehatan, sehingga jika waktunya berangkat haji tidak ada kendala. Pada tahun 2014 kami sudah memulai melaksanakan bimbingan manasik bersama teman-teman yang akhirnya saling kenal dan menjadi keluarga besar di KBIH Lampu Iman Indonesia. Kami pun berbagi pengalaman berbagi cerita keluarga dan saling membagi kelompok, dan qadarullah saya menjadi ketua regu yang membimbing 10 orang yang sudah dibagi kelompoknya. Ada 45 orang yang saat itu mengikuti bimbingan manasik dan sudah terdaftar untuk berangkat haji di KBIH LII.
Proses bimbingan manasik haji pun kami lalui dengan penuh tekun, disiplin dan selalu menjaga kebugaran, karena ibadah haji bukan hanya kesiapan dana saja, tetapi juga ibadah yang memerlukan kekuatan fisik dan stamina yang prima.
Selama bimbingan manasik, oleh Ustadz Yono sang pembimbing dan mentor, kami betul-betul dilatih untuk mempersiapkan berangkat haji dengan baik, melalui bimbingan bacaan haji, syarat dan rukun haji, doa-doa yang dibacakan termasuk berolahrga untuk melatih kebugaran, dan tentunya yang tidak kalah pentingnya lagi adalah formasi perahu yang harus dilakukan.
Formasi perahu ini adalah wujud kekompakan kami ketika nanti melakukan tawaf, sa’i dan melempar jumrah sehingga sesama anggota akan saling menolong dan melindungi.
Yang kami rasakan, selama proses bimbingan manasik sangat luar biasa menyenangkan dan membuat termotivasi. Melalui jadwal bimbingan yang sudah ditentukan dengan baik pada setiap akhir pekan, sehingga kami berdua pun bisa mengikuti proses bimbingan dengan baik.
Ada satu hal yang tetap menjadi ingatan dalam bimbingan manasik adalah ketika pelaksanaan bimlat lengkap, mabit atau menginap di Jatiluhur, Purwakarta. Program mabit semalam inilah yang sangat mencerminkan perjalanan haji, dimulai praktik memakai kain ihram, berjalan kaki, melatih kebersamaan dan kekompakan dalam perjalanan ibadah haji. Sampai kami dikumpulkan di sebuah masjid di tengah malam untuk merenung dan bertafakur untuk mengingat Allah teurtama memaknai perjalanan haji. Subhaanallaah !
Waktu kian dekat untuk berangkat haji.
Saat dinantikan telah tiba, pada tahun 2015 keinginan haji sudah di depan mata dan kami pun akhirnya dapat berangkat pada bulan September 2015. Dan alhamdulilaah kami berdua pun dalam keadaan sehat walafiat.
Ketika menerima koper dan harus mengepak perbekalan yang perlu dibawa juga menjadi kesan tersendiri. Banyak cerita tentang mengepak koper mulai dari yang harus membawa makanan kering, pakaian bahkan sampai obat-obatan pribadi. Bahkan untuk menulis nama dan identitas di Koper Haji pun menjadi sangat indah dan menegangkan tentunya...
Akhirnya, kami pun berangkat dari KBIH Lampu Iman menuju Pemda Karawang kemudian mengunakan bus, menunju Asrama Haji Pondok Gede di Bekasi (Ketika Asrama Haji Bekasi lagi direhab). Di Asrama Haji Pondok Gede Bekasi pun kami sudah dilatih untuk disiplin dan memperbanyak do’a agar diberikan kelancaran. Menginap selama satu malam. Dan di asrama haji ini juga tentunya sangat menyenangkan karena bisa berkumpul dengan teman dan sahabat yang juga akan berangkat.
Kloter JKS 41 Jabar itulah yang kami ingat waktu itu. Setelah menginap selama satu malam di Asrama Haji Pondok Gede Bekasi kami pun akhirnya dengan menggunakan bus, kami diperiksa di embarkasi Pondok Gede Bekasi, melihat pemeriksaan waktu itupun cukup menegangkan dan mendebarkan karena semua bawaan koper harus diperiksa satu persatu, bahkan kami melihat ada beberapa calon jamaah yang sempat ditolak karena membawa bawaan yang memang dilarang. Alhamdulillah kami semua bisa melewati itu semua.
Kami pun berangkat menuju Bandara Halim Perdana Kusumah, pagi hari yang cerah dan tiba di Bandar Jeddah 9 jam kemudian. Dari Bandara Jeddah menuju Syisyah di Makkah, Labbaikallaahumma labbaik. Labbaika laa syariika laka labbaik. Innalhamda wannimata laka walmulka. Laa syariika laka ...
Kalimat itulah yang terus menerus kami lantunkan mulai dari miqat makani, kira-kira 25 menit sebelum landing di Bandara sampai di Hotel pemondokan di Syisyah Makkah, sangat melelahkan tapi sangat menyenangkan dan penuh kebersamaan dalam kekeluargaan. Mulai dari menggotong koper membantu teman dan sahabat atau sekedar untuk bercengkerama dan membaca dzikir. Tak terasa airmata ini menetes ketika menginjakkan kaki pertama kali di Makkah Baitullah, Allaahu Akbar... Allaahu Akbar !
Perjalanan ibadah haji pun dimulai dari Mekkah, Mina selama 31 hari dan menuju Madinah kurang lebih selama 9 hari.
Banyak cerita menarik banyak kerinduan yang terlintas.
Pada perjalanan tahun haji 2015 ini ada beberapa mushibah seperti tragedi Mina, Jatuhnya Crane, Angin dan banjir serta kebakaran di pemondokan. Ujian dan cobaan ini semua selalu mendorong kami untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Pencipta untuk berdo’a agar kami diberikan keselamatan dan kesehatan dalam berhaji. Ada juga teman dan sahabat kami yang sakit, sehingga perlu mendapatkan perhatian dan pendampingan. Alhamdulillaah , itu semua lebih menguatkan lagi kekeluargaan kami.
Tawaf, Sa’i, Tahalul, mabit di Mina, Wukuf di Arafah, Mabit di Muzdalifah, Melempar jumroh, Thawaf Ifadhah hingga selesainya perjalanan ibadah haji, kemudian Ziarah ....
Aktivitas inilah yang kami lakukan sesuai syarat dan rukun haji dalam bimbingan di KBIH Lampu Iman yang dipimpin Ustadz Yono.... dan tentunya belanja dan makan khas Indonesia .... tak terlewatkan .....
Sampai akhirnya kami kembali ke rumah dengan selamat.
Yaa Rabb, panggil kami kembali ke rumah-Mu .......
Allaahumma hajjan mabruuran Wa dzanban maghfuuran.
Semoga kami dapat menjaga kemabruran ibadah haji kami.
Prof. Dr. H.Puji Isyanto, SE, MM
Ketua KB Istiqomah 2015
KBIH Lampu Iman Indonesia
#kbih-karawang #kbihu-karawang #haji #umrah #karawang #lampuiman #haji-karawang